Peneliti Loka Penelitian Sapi Potong Grati Pasurauan, Peni Wahyu Prihandini, SPt., M.P., akhirnya menyelesaikan pendidikannya lewat Ujian Terbuka Doktor di Program Pascasarjana (PPs) Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Kamis 20 Desember 2018. Disertasi peneliti di bidang Pemuliaan Ternak kelahiran Pati tahun 1977 ini berjudul “Analisis Potensi Genetik Sapi Madura Di Kabupaten Pamekasan dan Loka Penelitian Sapi Potong Jawa Timur”. Dibawah bimbingan promotor Prof. Dr. Ir. Sumadi, MS., IPU; Ir. Dyah Maharani, S.Pt., MP., Ph.D., IPM dan Prof. Ir. I. Gede Suparta Budisatria, MSc., Ph.D. IPU. dan lulus dengan meraih predikat sangat memuaskan (cumlaude).
“Kebutuhan daging khususnya daging sapi dijadikan pokok terpenting dalam penelitian ini, mengingat Indonesia adalah bangsa yang memiliki keanekaragaman ternak sapi seperti sapi PO, sapi Bali, sapi Pesisir, sapi Aceh dan sapi Madura” jelas Peni. Ia melihat keberagaman ternak sapi ini dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan daging di Indonesia seperti kita ketahui saat ini kebutuhan daging khususnya daging sapi kita masih mengandalkan impor. “Ini menjadi salah satu strategi saya dalam mengembangkan sapi Madura, khususnya di Pulau Madura. Populasi sapi potong di Jawa Timur kurang lebih 4,5 juta ekor, di Pulau Madura kurang lebih 950 ribu ekor dan kurang lebih 164 ribu di Kabupaten Pamekasan sehingga diharapkan dapat mendukung pemerintah dalam swasembada daging sapi,” ungkap perempuan yang juga berprofesi sebagai peneliti sapi potong ini.
Peni juga menyatakan sapi Madura merupakan salah satu ternak yang ada di peternakan rakyat yang dicirikan dengan tingkat pendidikan peternak rendah, pendapatan sedang, penerapan manajemen dan teknologi konvensional, lokasi ternak menyebar luas, dan rata-rata skala usaha relatif kecil. Sejauh ini peranan sapi Madura hanyalah sebagai usaha sambilan belum menjadi cabang usaha, namun demikian kontribusi pendapatan bagi keluarga cukup besar mampu mencapai 18 sampai 28%. “Kegiatan usaha peternakan sapi Madura sudah seharusnya diarahkan menjadi cabang usaha, bukan lagi sekedar sebagai kesenangan, penyedia hewan korban untuk acara keagamaan, ritual atau hanya sebagai tabungan. Apalagi didukung dengan ketersediaan rumput alam dan lahan yang luas yang dapat digunakan sebagai padang gembalaan, karena peternakan rakyat nantinya diharapkan menjadi tulang punggung keberhasilan program swasembada daging”, ungkapnya.